Api Biru di Boyolali
Instalasi biogas yang dipasang tim YPBB bersama para petani Boyolali bulan Juni lalu , sukses menyala. “Di tengah kekalutan para pengguna tabung gas 3 Kg yang was-was karena seringnya kasus ledakan tabung LPG, Pak Hadi Samsul bisa merasa tenang karena mendapatkan energi hasil pengolahan limbah sapinya.” cerita Gungun Gunawan, Koordinator Divisi Habitat dan Teknologi Organis (HTO) YPBB, dengan senyum bangga.
Keberhasilan Pak Hadi Samsul ini menarik beberapa kelompok petani lain di daerah Kulon Progo. Bersamaan dengan kunjungan kontrol dari YPBB terhadap pemasangan biogas di boyolali, Gungun sekaligus melakukan survey potensi awal untuk pemasangan biogas di Kulon Progo.
Menurut Gungun, kebutuhan energi terbarukan untuk daerah Kulon Progo sebenarnya bisa dipenuhi tidak hanya dengan biogas, namun juga dengan kayu yang menggunakan tungku hemat energi. Daerah Kulon Progo masih cukup kaya dengan tanaman keras yang rantingnya bisa dijadikan bahan bakar terbarukan. Pengolahan kotoran sapi di daerah ini, seperti halnya desa-desa dampingan Lesman, sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Kotoran sapi dimanfaatkan sebagai pupuk, sedangkan gas metana yang keluar dari proses pengolahan limbah kotoran sapi tersebut belum dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Maraknya kasus ledakan tabung LPG ukuran 3 Kg, juga menghantui kelompok petani di Kulon Progo. Mereka mulai mengurangi pemakaian bahan bakar ini, dan banyak beralih ke bahan bakar lama seperti kayu bakar dan minyak tanah. Biogas dari kotoran sapi dilirik sebagai alternatif lain, selain karena banyaknya potensi kotoran sapi, juga karena sumber energi ini bersih (tidak berjelaga) dan terbarukan. Resiko ledakan juga hampir tidak ada, karena tekanan gas metana hasil pengolahan kotoran sapi ini tidak sebesar tekanan gas LPG dalam tabung. Biogas juga baru dapat terbakar dengan api sejati, sedangkan gas LPG sangat mudah terbakar, bahkan hanya oleh percikan api.
Maraknya kasus ledakan tabung LPG ukuran 3 Kg, juga menghantui kelompok petani di Kulon Progo. Mereka mulai mengurangi pemakaian bahan bakar ini, dan banyak beralih ke bahan bakar lama seperti kayu bakar dan minyak tanah. Biogas dari kotoran sapi dilirik sebagai alternatif lain, selain karena banyaknya potensi kotoran sapi, juga karena sumber energi ini bersih (tidak berjelaga) dan terbarukan. Resiko ledakan juga hampir tidak ada, karena tekanan gas metana hasil pengolahan kotoran sapi ini tidak sebesar tekanan gas LPG dalam tabung. Biogas juga baru dapat terbakar dengan api sejati, sedangkan gas LPG sangat mudah terbakar, bahkan hanya oleh percikan api.
Idealnya memang kita tidak bergantung pada satu jenis sumber energi saja, maka dari itu, pemanfaatan sumber energi terbarukan pun perlu diusahakan sebijak mungkin. Daerah seperti Kulon Progo sebenarnya cukup beruntung karena memiliki lebih dari satu sumber energi terbarukan, terutama ranting kayu jati dan kotoran sapi. Sekarang tinggal bagaimana upaya-upaya semua pihak yang peduli untuk merealisasikan “api biru” di Kulon Progo.
0 komentar