BLP; Ketika Pemuda Aceh Meniti Jalan Menuju Pembangunan Berkelanjutan
Empat tahun sudah kerjasama yang terjalin antara YPBB dan Lead Indonesia dalam pengembangan Bridging Leadership Program (BLP) yang bertujuan melahirkan pemimpin-pemimpin muda Aceh agar mampu menerapkan pembangunan berkelanjutan di desanya masing-masing. Dalam program ini, YPBB berperan sebagai fasilitator bagi para pemimpin muda, dari mulai tahap pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan, sampai dengan cara untuk melakukan penilaian keberlanjutan di daerahnya.
Kegiatan yang diadakan pada tanggal 26 s/d 31 Juli 2010 tersebut, diikuti oleh 31 peserta yang merupakan angkatan ke empat, atau angkatan terakhir dari rencana empat tahun program yang telah direncanakan sebelumnya. Keberangkatan tim YPBB kali ini, juga adalah untuk menangani rangkaian kegiatan ToT bagi sebagian dari 85 alumni program yang ingin menjadi fasilitator.
Adalah Piki, Rima, dan Anil, sebagai perwakilan YPBB yang berangkat ke Aceh, untuk membawakan materi tentang pembangunan berkelanjutan, yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan materi dalam pelatihan kompas berkelanjutan yang sering diadakan YPBB di Bandung. Hanya untuk memperkaya materi dan lebih mengkontekstualkan dengan kondisi yang terjadi di Aceh, maka dilakukan sedikit modifikasi dalam penyampaian, diikuti dengan penambahan materi video sebagai alat bantunya.
Desain kegiatan studi lapangan, serta beberapa contoh aplikasi yang diberikan YPBB, dipergunakan sebagai bekal para peserta ketika mengunjungi Kampung Bineh Blang untuk mempelajari situasi keberlanjutan kampung tersebut, sehingga peserta mendapat contoh nyata dari berbagai konsep yang telah dipelajari selama mengikuti pelatihan di “kelas”.
Setelah mengikuti pelatihan, mayoritas peserta tidak hanya melakukan refleksi atas diri mereka sebagai individu yang berperan aktif di dalam pembangunan berkelanjutan, namun mereka mulai mendapatkan sebuah visi akan masa depan yang indah dari sebuah kondisi yang berkelanjutan, dan memiliki komitmen yang lebih kuat untuk dapat merealisasikannya.
Fara, misalnya, merefleksikan kebiasaan hidup kesehariannya yang boros sumberdaya yang ternyata tidak sesuai dengan keberlanjutan bumi. Intan, merefleksikan, apa yang akan terjadi kalau penduduk dunia benar-benar mencapai 28 Milyar, mungkinkah manusia hidup berkelanjutan dengan jejak ekologis hanya nol koma sekian? bisa, tapi mungkin dengan kehidupan yang benar-benar sulit. Reza, salah satu peserta menulis bahwa apa yang ia bayangkan begitu indah seperti berada di surga. Tinggal di rumah kayu dengan taman-taman bunga, kebun berisi makanan sendiri dan aliran sungai dengan berbagai macam ikan. peserta yang lain menceritakan mimpinya ketika melihat Gunung Seulawah kembali menghijau dan hewan-hewan kembali hadir di sana . peserta dari daerah lainnya bercerita tentang hamparan sawah dan hutan yang indah serta kebun-kebun yang subur tempat mereka memperoleh makanan sehari-harinya. Pendek kata, para peserta memahami peningkatan kualitas hidup akan tercapai ketika manusia sudah bisa melakukan pembangunan yang selaras dengan alam.
Acara ToT yang diikuti sekitar 10 alumni program juga tak kalah seru. Diawali dengan membawakan sesi ice breaking, mereka mulai mencoba membangun kemampuan untuk membawakan simulasi terkait materi, sebelum akhirnya membawakan materi pelatihan secara utuh.
Kebanyakan alumni merasakan bahwa mereka masih perlu belajar banyak untuk berbicara di depan orang banyak, namun semangat belajar mereka untuk dapat mengatasi hal itu sangat patut diacungi jempol. Selain itu, tim YPBB pun sangat merasakan manfaat yang begitu besar dari keterlibatan para alumni dalam menangani peserta sepanjang kegiatan. Semangat dan komitmen yang luar biasa dari alumni dan peserta ini pula lah yang membuat YPBB semakin termotivasi mempelajari hal-hal baru, untuk dapat merealisasikan visi-misi YPBB dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di muka Bumi.
(humas ypbb/juli/2010) - foto-foto lain bisa dilihat di sini
0 komentar