Forum BJBS Tingkatkan Kepedulian Keselamatan Kerja Petugas Sampah Lewat Dialog Antar-Pihak
Foto peserta dialog antar-pihak dengan tema “Kualitas Hidup dan
Keselamatan Kerja Petugas Pengelolaan Sampah” yang diselenggarakan Forum BJBS,
Hari Sabtu, 14 September 2019, di RW 09 Kelurahan Sukaluyu.
(Sumber : Dokumentasi YPBB)
Pada hari Sabtu, 14
September 2019, Forum Bandung Juara Bebas Sampah (BJBS) menggelar dialog
antar-pihak dengan tema “Kualitas Hidup dan Keselamatan Kerja Petugas
Pengelolaan Sampah”. Kegiatan ini berlangsung di Taman Lansia RW 09 Sukaluyu,
Jl. Jalaprang, Bandung. Penyelenggaraan acara dialog ini merupakan salah satu
bentuk tindak lanjut nyata atas kepedulian pegiat lingkungan di Bandung
mengenai keselamatan kerja petugas pengelola sampah.
Seperti yang diketahui sebelumnya, RW 09 Sukaluyu kehilangan salah seorang anggota pengelola sampah
di wilayahnya, yaitu Hermawan, akibat infeksi bakteri dari luka terkena sampah
tusuk sate. Hermawan merupakan seorang pengemudi motor sampah yang dioperasikan
untuk mengantar sampah ke TPS terdekat. Ia tak sengaja menginjak sampah tusuk
sate, dan nyawanya tak tertolong lagi akibat terlambat mendapat penanganan
medis. Kejadian tersebut sangat menarik perhatian, hingga diadakan crowdfunding
donasi untuk keluarga almarhum Bapak Hermawan.
Penyerahan dana donasi crowdfunding Kitabisa.com
untuk perwakilan keluarga almarhum Bapak Hermawan, diwakili oleh istri mendiang
(ketiga dari kanan).
(Sumber : Dokumentasi YPBB)
Acara dialog yang
diselenggarakan Forum BJBS hari itu, dibuka dengan sambutan serta doa bersama
untuk almarhum Bapak Hermawan, dipimpin langsung oleh Ketua KBS Sapujagat,
Bapak Komar. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penyerahan dana hasil crowdfunding
yang terkumpul kepada keluarga almarhum Bapak Hermawan. Suasana penyerahan
donasi tersebut seketika diwarnai haru dari istri almarhum Bapak Hermawan.
Setelah rangkaian acara pembuka selesai, acara inti berupa dialog
antar-pihak pun dimulai. Pihak-pihak yang berpartisipasi pada acara tersebut
yakni perwakilan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, Ketua PD
Kebersihan Kota Bandung, perwakilan KBS (Kawasan Bebas Sampah) Kota Bandung,
Lurah dan Camat 8 Kelurahan Model Program Zero Waste Cities, perwakilan
Dinas Kesehatan Kota Bandung, dan pegiat lingkungan Kota Bandung. Dialog
dimulai dengan pemaparan gambaran pengelolaan sampah saat ini, baik dari sudut
pandang RW sebagai warga masyarakat, maupun Camat/Lurah sebagai stakeholder
setempat. Secara umum, kondisi pengelolaan sampah saat ini masih dalam skema
kumpul-angkut-buang, dimana petugas pengumpul menjadi salah satu pihak yang
terbebani karena sampah dalam keadaan tercampur, lalu harus memisahkan sendiri
sampah yang dapat dijual dari sampah residu.
Suasana dialog antar-pihak dihadiri oleh (dari
kanan ke kiri) David Sutasurya (YPBB), Ria Ismaria (BJBS), Rohandi (Kasie
Ekbang Kecamatan Bandung Kidul), Pengurus RW 09, Bijaksana Junerosano, Iqbal
(Kitabisa.com), Kamalia Purbani (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Bandung).
(Sumber : Dokumentasi YPBB)
Sementara itu, dari pihak
Kecamatan Bandung Kidul, Bapak Rohandi, selaku Kasie Ekbang, menyampaikan bahwa
Camat setempat sudah mengeluarkan surat perintah bagi ASN (Aparatur Sipil
Negara) tingkat Kecamatan dan Kelurahan Bandung Kidul untuk ikut serta
berpartisipasi dalam sosialisasi ke masyarakat dan menerima keluhan ataupun
laporan dari masyarakat. Di sisi lain, pihak Kecamatan Kiaracondong, Ibu Tia,
menyampaikan bahwa pihak kecamatan dalam waktu dekat akan melakukan kerjasama
dengan puskesmas setempat untuk mendukung kesejahteraan hidup petugas pengelola
sampah.
Selaku perwakilan Dinas Kesehatan Kota Bandung, Bapak Yadi
menyampaikan bahwa ia sepakat atas dukungan kesejahteraan hidup petugas
pengelola sampah, terutama dari sisi kesehatan. Fasilitas kesehatan untuk
pengelola sampah sebagai pekerja informal, menurut Pak Yadi, peraturannya sudah
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 100 Tahun 2015, yaitu mengenai fasilitas pos UKK (Unit Kesehatan Kerja) bagi
pekerja informal. Konsep pos UKK yaitu dikelola dari, oleh dan untuk
masyarakat, serta puskesmas harus bekerjasama dengan kewilayahan setempat.
Menurut Bapak Yadi, idealnya setiap kelurahan memiliki minimal 1 UKK, yang
menyediakan pemeriksaan kesehatan gratis kepada pekerja informal, juga screening
potensi penyakit yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan dari pekerja.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kota Bandung, Kamalia Purbani, tengah memberikan pandangan terkait tata kelola
persampahan di Kota Bandung.
(Sumber : Dokumentasi YPBB)
Berbicara mengenai
kesejahteraan, di samping perihal kesehatan, berarti juga perihal kesejahteraan
pendapatan yang diterima pengelola sampah. Perwakilan Gober (gorong-gorong
bersih) menyampaikan dalam forum, bahwa kendala yang dihadapi dalam pekerjaan
adalah pendapatan yang tidak seimbang dengan resiko kesehatan dari pekerjaan.
Belum lagi, harus menanggung keluarga, seringkali pendapatan yang diterima
belum cukup.
Sejalan dengan hal
tersebut, Ketua Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, Ibu Kamalia
Purbani mengakui bahwa tata kelola persampahan di Kota Bandung, khususnya
mengenai besaran retribusi dinilai belum sepadan untuk peningkatan pengelolaan
sampah. “Biaya retribusi dengan besaran seperti sekarang, menjadikan beban
biaya operasional persampahan yang ditanggung pemerintah sangat besar karena
biaya retribusi saja belum cukup menanggungnya”. Isu-isu seperti ini,
menurutnya pun harus diinformasikan kepada khalayak, agar kepedulian terhadap
kemajuan Kota Bandung dapat tumbuh dalam diri warga masyarakat, tidak peduli
tingkat pendidikannya.
Menanggapi hal tersebut,
pendiri YPBB, David Sutasurya, mengungkapkan bahwa kondisi tata kelola
persampahan yang kini belum dapat menangani sampah dan menjamin kesejahteraan
pengelola sampah perlu segera diperbaiki dari segi kebijakan. Selagi perbaikan
kebijakan dilakukan, masyarakat dapat ikut serta dalam inisiasi tata kelola
sampah yang lebih baik melalui pemilahan di rumah. Dengan memilah sampah dari
rumah, masyarakat dapat membantu pengelola sampah terhindar dari
penyakit-penyakit berbahaya akibat sampah.
Saat ini, RW 09 Sukaluyu,
area kerja almarhum Bapak Hermawan, sudah giat melakukan pemilahan sampah dari
rumah dalam program Zero Waste Cities. Sampah diangkut secara terpilah dari rumah ke rumah, sehingga
menurunkan potensi pengelola sampah terjangkit penyakit atau terluka akibat
sampah tercampur. Konsep program tersebut adalah salah satu usaha yang dapat
dilakukan kewilayahan sebagai dukungan kesejahteraan dan keselamatan kerja
petugas pengelola sampah. Yuk, kompak pilah sampah dari rumah!
0 komentar