Inilah Mengapa Tusuk Sate Bisa Jadi Alasan Kuat untuk Pisahkan Sampah di Rumah!
Apakah Anda salah seorang yang gemar melahap
sate? Makanan yang satu ini sering menjadi santapan bersama, apalagi ketika
momen Idul Adha datang. Namun tahukah Anda, ada bahaya yang mengintai dari sate
yang Anda santap? Tak hanya soal kandungan kolesterol dari daging yang menjadi
bahan dasar sate, tetapi juga sampah tusuk sate yang dibuang begitu saja tanpa
ada upaya pemisahan.
Ancaman bahaya dari sampah tusuk sate yang
dibuang tanpa dipisahkan dari sampah lainnya tidak dapat dianggap sepele,
terutama bagi petugas pengumpul sampah. Udin, petugas sampah di RW 09 Kelurahan
Sukaluyu, Kota Bandung, mengaku sudah beberapa kali terluka akibat sampah tusuk
sate yang tercampur diantara sampah lainnya. Beruntung, ia selalu sigap untuk
pergi ke puskesmas atau rumah sakit terdekat setelah terkena tusuk sate,
sehingga tidak berujung pada infeksi yang mengancam nyawa.
Lain cerita bagi rekan Udin sesama petugas
pengumpul sampah, Hermawan, yang akhirnya harus kehilangan nyawa setelah
terluka akibat tusuk sate. Berbeda dengan Udin yang sigap untuk segera
mendapatkan pertolongan medis, Hermawan atau akrab disapa Wawan, membiarkan
luka yang dideritanya sehingga mesti mengalami infeksi parah dan tak tertolong
lagi. Hal yang sama pun terjadi pada Udung, petugas pengumpul sampah di
Kelurahan Neglasari, yang juga kehilangan nyawa setelah 1 bulan menjalani
perawatan di rumah sakit akibat terkena sampah tusuk sate.
Sebagai petugas pengumpul sampah, Udin mengaku,
tusuk sate hanya salah satu ancaman dari sekian banyak resiko bahaya yang bisa
mengancam kesehatan petugas. Disamping terluka akibat tusuk sate, Udin juga
pernah mengalami penyumbatan saluran darah di otak yang mengakibatkan dirinya
tak dapat bekerja hingga 1 bulan. Penyakit tersebut, menurut dokter yang
menangani Udin, disebabkan oleh keseharian Udin yang mau tidak mau
menghisap dan terpapar aroma sampah tercampur.
Kosasih, Petugas Pengumpul Sampah RW 07 Kelurahan Padasuka, Kota Cimahi, sempat pincang akibat terkena tusuk sate.
(Sumber : Dokumentasi YPBB Bandung) |
Sejalan dengan Udin, salah satu petugas sampah
di RW 07 Kelurahan Padasuka, Kota Cimahi, juga membenarkan bahwa terdapat
bahaya selain tusuk sate yang tak dipisahkan. Kosasih, atau akrab disapa
Engkos, mengungkapkan bahwa ia pun pernah terluka akibat tusuk sate ketika
sedang memilah sampah yang dapat dijual. Luka yang dialaminya menyebabkan ia
harus berjalan pincang selama seminggu meski dalam masa pengobatan. Menurut
Engkos, sampah lain seperti pecahan kaca atau keramik juga sama bahayanya
dengan sampah tusuk sate.
Ancaman – ancaman tersebut tentu dapat dikurangi
dengan upaya pemilahan sampah sejak dari rumah. Udin juga mengakui sangat
setuju apabila rumah-rumah warga sudah memisahkan sampahnya, walaupun pada
awalnya merasa kesusahan dalam teknis pengumpulan yang cenderung “merepotkan”.
“Awalnya saya menentang program pemilahan di
RW 09 Sukaluyu. Tapi, setelah jatuh sakit akibat sampah tercampur, saya jadi
berpikir ulang kalau ternyata program ini juga sangat membantu saya (dalam segi
kesehatan). Pesan saya untuk para warga masyarakat, kan sudah ada contoh-contoh
petugas sampah yang meninggal akibat tercampur sampahnya, tolong bantu saya
juga jangan sampai bernasib sama seperti mereka. Bantu saya dengan memilah
sampah dari rumah.”
Yuk, mulai pisahkan sampah di rumah! Sebagai
contoh, RW 09 Sukaluyu Bandung (area kerja Udin) dan RW 07 Padasuka
Cimahi (area kerja Engkos) sudah kompak memilah sampah mereka untuk membantu
petugas sampah terhindar dari bahaya sampah tercampur. Bagi Anda yang belum
tahu cara pemilahan sampah, dapat dilihat contoh pemilahan pada gambar dibawah
ini.
0 komentar