Welcome to our website !

Gaungkan Gerakan “Zero Waste”

By 9:00 AM


Oleh Dewi Yatini, wartawan Pikiran Rakyat
Dimuat pada Rubrik "Senggang" (hal.5), Minggu, 2 Desember 2012
Hampir di setiap penjuru Kota Bandung terdapat tumpukan sampah. Tak heran bila ada yang mengumpamakan volume sampah di Kota Bandung menyamai lima kali Candi Borobudur. Berbagai gerakan untuk mengurangi sampah digaungkan mulai dari menyediakan tempat sampah hingga menjadikan sungai sebagai halaman rumah. Bagaimana hasilnya?

   Bisa dibilang nihil, karena jumlah sampah terus bertambah. Tempat penampungan sampah tak pernah kosong. Jangankan kosong menyusut tumpukkan pun tidak. Rasanya berupaya mengurangi sampah sendirian tidak akan berdampak apa pun.

   Anda salah! Anda tidak sendirian kok. Ada satu komunitas yang mengajak mengurangi sampah dengan cara sederhana. Komunitas ini ada di Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB).

   Komunitas yang kini tengah mengampanyekan zero waste ini awalnya merupakan organisasi alternatif mahasiswa ITB yang diprakarsai David Sutasurya pada 1993. Organisasi ini ingin memberikan pendidikan lingkungan terhadap masyarakat luas. “Karena kerusakan lingkungan itu disebabkan oleh masyarakatnya sendiri,” kata Koordinator Kampanye YPBB, Anilawati Nurwakhidin.

   Bergabung dengan komunitas ini, kita akan dibekali banyak ilmu tentang menjaga lingkungan melalui berbagai pendidikan dan pelatihan. Waktunya pun bisa diatur sendiri karena tersedia beberapa pilihan. Misalnya saja, untuk kampanye zero waste, ada pelatihan yang dilangsungkan selama tiga jam saja. Bahkan, jika sulit bertemu langsung bisa melalui dunia maya. Dengan begitu, kata Anilawati, masyarakat bisa meningkatkan kualitas hidupnya.

Di YPBB yang berkantor di Jalan Sidomulyo No. 21 Kota Bandung, masyarakat yang berminat bisa memilih untuk menjadi trainer, sukarelawan, anggota komunitas, atau sekedar menjadi mitra. Yang terpenting, semua itu bisa memberi dampak untuk memperbaiki lingkungan dari kerusakan yang disebabkan oleh manusianya sendiri.

Selain membekali pendidikan tentang sampah, ada pula ruang lain untuk berdiskusi melalui dunia maya. Hingga saat ini, terdaftar 700 anggota dengan 30 orang yang aktif berdiskusi. Sementara untuk relawan terdapat 250 orang. “Yang aktif sebanyak 50 orang,” ujar Anilawati.

Mulai dari hal kecil

Yang menarik, komunitas ini tidak menekankan pada nilai ekonomis ketika memperbaiki lingkungan. Karena ini dilakukan dalam skala kecil, rumah tangga, nilainya pun jika disamakan dengan rupiah pun sengat kecil. Yang terpenting, upaya ini bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Oleh karena itu, dalam komunitas ini diajari cara mengolah sampah skala rumah tangga. Koordinator Biogas, Perswina Alaili mengatakan bahwa cara di tataran rumah tangga itu berupa keranjang takakura dan biopori. Dua cara ini paling mudah dilakukan untuk mengolah sampah dalam keluarga .

Bahkan, memulainya pun bisa dari hal kecil dan bisa mengurangi sampah. Maria Hardayanto (51) warga Cigadung Kota Bandung misalnya, mempraktikkan ilmu yang didapatnya dalam komunitas dengan cara sederhana. Ia kini mengganti tisu dengan sapu tangan. Selain itu, jika menghadiri berbagai undangan, Maria selalu menolak air kemasan. “Semoga dengan langkah kecil ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Jika dilakukan bersama-sama, saya yakin Bandung bisa kok sampai pada titik zero waste,” ucap Maria (Dewi-yatini/”PR”)***

You Might Also Like

0 komentar