Realisasikan Lebaran Hijau!
Sudah Seharusnya Lebaran Dirayakan Dengan Lebih Ramah Lingkungan. Geram, jengah, kesal, bosan. Mungkin, perasaan-perasaan semacam inilah yang menyatukan beberapa warga Kota Bandung hari itu. Walau cukup kelabu karena Bandung hujan, namun tidak surut atensi dari para peserta untuk bersilaturahmi dan bersama-sama membahas tentang perlawananan terhadap gaya Lebaran hura-hura yang dewasa ini jadi mainstream - dipraktekan oleh sebagian besar masyarakat kita.
“Berbagai cara hidup telah Saya coba. Mencoba berbagai kebiasaan baik. Untuk hidup yang lebih baik. Saya juga jengah melihat kebiasaan masyarakat kota yang cenderung menyampah, terutama saat lebaran. Mari berubah bersama-sama menjadi lebih baik,” ujar Dainsyah, seorang akitivis lingkungan yang menghadiri acara Buka Bersama YPBB : “Menuju Lebaran Hijau” yang bertempat di Common Room Network Foundation, Jl. Kyai Gede Utama no.8 Bandung (14/06/2011).
Belanja Terus sampai Mati
"atas bujukan setan, hasrat yang dijebak
jamankita belanja terus sampai mati” – Efek Rumah Kaca: Belanja Terus
Sampai Mati
“Agama Islam mengajarkan kesederhanaan, dan kesederhanaan itulah yang
berusaha kami terapkan di organisasi kami”, ujar Rizky, Humas YPBB pada
saat acara. Namun, justru budaya Belanja Terus Sampai Mati -lah yang semakin
mengakar dalam hidup masyarakat Indonesia.
Film The Story of Stuff (Annie Leonad) pun diputar untuk
menggugah animo peserta tentang pentingnya kesederhanaan. Penonton dibuat
tercengang oleh sejarah dari benda-benda yang biasa kita beli dengan harga yang
sangat murah. Bahkan, dari benda sesimpel kaos / t-shirt yang membanjiri factory-outlet di berbagai kota besar, semuanya hanya akan menambah
permasalahan sampah. Belum termasuk aliran racun tekstil yang mengalir ke
lingkungan dan ke tubuh manusia itu sendiri.
Lalu siapakah yang akan terkena dampaknya? Tentunya kita sendiri yang
akan merugi.
Lalu, bayangkan tentang tumpukan kue lezat, minuman-minuman kemasan dan
berbagai makanan yang tersedia di hari H Lebaran nanti. Bayangkan pula setumpuk
sampah yang akan kita hasilkan. Perut kenyang, tong sampah pun membludak.
Apa yang bisa kita lakukan? Berbagai tips untuk melaksanakan Lebaran
Hijau- Green
Ied pun dibagi di acara buka bersama ini,
mulai hal-hal kecil seperti meminimalisasi penggunaan minuman kemasan dan
berbagai jenis plastik, membuat kue Lebaran sendiri, me-mix and match baju-baju lama, hingga hidup menjadi seorang vegan
yang lebih organis.
Tradisi mudik
juga menjadi tradisi wajib bagi warga
kota. “Tidak
mudik tidak afdhal”, begitu menurut
kebanyakan orang. Berbagai sarana transportasi sudah penuh dipesan hingga hari
Lebaran. Akibatnya, tingkat polusi udara, pemborosan energi dan biaya akan
terus meningkat. Namun tidak bagi segelintir orang yang ingin mendobrak budaya
ini. Bram Diponayoko, salah satu peserta berujar, “Saya berpikir lagi untuk
mudik jauh saat lebaran dengan menggunakan transportasi umum, karena biaya yang
dikeluarkan akan sangat besar. Lebih baik jika bersilaturahmi ke tempat yang
dekat menggunakan sepeda saja”.
Niat untuk ber-Lebaran Hijau tentunya sudah ada, dan yang terpenting,
mulai dari diri sendiri. Kita sudah tidak membutuhkan huru-hara yang lebih
banyak. Lalu, sudah siapkah anda membuktikan diri?
0 komentar