SHOW YOUR LOVE for Environment (Liputan Talkshow tentang Green Consumer)
Oleh: Ismail Agung, penulis lepas.
Bagaimana sih cara jitu agar kita bisa mengajak teman atau kerabat terdekat kita untuk lebih greenlifestyle?
Pertanyaan tersebut diajukan salah satu peserta yang ikut duduk dalam Talkshow Green Consumer yang diadakan oleh rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpad pada hari Jumat tadi (5/03).
Mungkin istilah atau kata greenlifestyle atau gaya hidup hijau bukanlah kata baru yang kita dengar saat ini. Mengingat semakin rentannya bumi ini untuk menanggung beban hidup manusia yang semakin lama semakin tidak ramah, upaya gaya hidup hijau memang perlu sekali dilakukan.
Pertanyaan dari salah satu peserta tersebut mungkin biasa-biasa saja, namun sering kali mencoba sesuatu yang berkaitan dengan menyelamatkan lingkungan terkadang tidak mudah. Apalagi jika hal tersebut berkaitan dengan gaya hidup yang sering kali tidak kita sadari melampaui batas-batas normal kehidupan yang sewajarnya.
Jangankan untuk mengajak orang lain. Melakukan untuk diri sendiri pun terkadang kita dikalahkan oleh ajakan “KONSUMERISME” yang selalu bergaung-gaung di media-media dimana pun kita berada dan membuat kita berkesan menjadi makhluk paling kuno bila tidak meng-up date status kita dengan sesuatu yang baru.
Selalu saja seperti itu dan terus menerus.
Berapa banyak alam yang telah kita korbankan demi mencapai sebuah kepuasan?
Tak pernah kita bisa menghitungnya dengan mutlak. Sama halnya dengan nilai kepuasan seseorang yang tak kan pernah ada habisnya.
Kembali ke acara SOUL yang merupakan kepanjangan dari Show Your Love. Mungkin terdengar ganjil jika menghubungkan upaya penyelamatan lingkungan dengan para panitianya yang notabene berkutat dengan Ekonomi.
Bukan bermaksud untuk meremehkan atau meniadakan keberadaan mereka, justru rekan-rekan yang bergerak di bidang Ekonomi ini punya peranan yang sangat penting untuk menciptakan sebuah gebrakan terhadap pola masyarakat yang (tentunya) berbasis terhadap ekonomi namun seharusnya bisa menciptakan sebuah terobosan baru yang lebih ke arah “ekonomi hijau”. Sebuah sistem ekonomi yang tidak mengeksploitasi segala sumber daya berdasarkan nilai sesaat tapi juga sebuah upaya keberlanjutan. Mengutip sebuah status yang temanku (korong kering) tulis di facebooknya yaitu,
Pertanyaan dari salah satu peserta tersebut mungkin biasa-biasa saja, namun sering kali mencoba sesuatu yang berkaitan dengan menyelamatkan lingkungan terkadang tidak mudah. Apalagi jika hal tersebut berkaitan dengan gaya hidup yang sering kali tidak kita sadari melampaui batas-batas normal kehidupan yang sewajarnya.
Jangankan untuk mengajak orang lain. Melakukan untuk diri sendiri pun terkadang kita dikalahkan oleh ajakan “KONSUMERISME” yang selalu bergaung-gaung di media-media dimana pun kita berada dan membuat kita berkesan menjadi makhluk paling kuno bila tidak meng-up date status kita dengan sesuatu yang baru.
Selalu saja seperti itu dan terus menerus.
Berapa banyak alam yang telah kita korbankan demi mencapai sebuah kepuasan?
Tak pernah kita bisa menghitungnya dengan mutlak. Sama halnya dengan nilai kepuasan seseorang yang tak kan pernah ada habisnya.
Kembali ke acara SOUL yang merupakan kepanjangan dari Show Your Love. Mungkin terdengar ganjil jika menghubungkan upaya penyelamatan lingkungan dengan para panitianya yang notabene berkutat dengan Ekonomi.
Bukan bermaksud untuk meremehkan atau meniadakan keberadaan mereka, justru rekan-rekan yang bergerak di bidang Ekonomi ini punya peranan yang sangat penting untuk menciptakan sebuah gebrakan terhadap pola masyarakat yang (tentunya) berbasis terhadap ekonomi namun seharusnya bisa menciptakan sebuah terobosan baru yang lebih ke arah “ekonomi hijau”. Sebuah sistem ekonomi yang tidak mengeksploitasi segala sumber daya berdasarkan nilai sesaat tapi juga sebuah upaya keberlanjutan. Mengutip sebuah status yang temanku (korong kering) tulis di facebooknya yaitu,
Sustainable future ditopang oleh sustainable people, dan sustainable system salah satunya adalah sustainable economy
maka, untuk bisa meraih sebuah masa depan yang tidak pernah terputus diperlukan orang-orang ekonomi yang bisa membawa seluruh umat manusia menuju ke arah sustainable economy. Can we? yes we can!!
Maaf jika reportasenya menclok-menclok, maklum citizen jurnalisme membawa sedikit masalah hati.
Kembali lagi ke SOUL.
Acara ini menghadirkan dua orang pembicara dengan dua tema yang berbeda namun masih dalam koridor “green”.
Pembicara pertama menghadirkan saudara Mohamad Bijaksana Junerosano yang berbagi cerita mengenai Green Entrepreunership. Sano yang aktif bersama kawan-kawannya yang terhimpun dalam Greeneration Indonesia mencoba untuk menyebarkan semangat kepedulian dan cinta lingkungan melalui pernak-pernik yang tidak lepas dari keseharian manusia. Semangat GI ini dikembangkan melalui produk-produk yang selain tentunya ramah lingkungan juga bersifat persuasif terhadap isu-isu lingkungan yang tengah terjadi si sekeliling kita. Ada pun produk-produk mereka bukan hanya ditonjolkan dengan desain-desain atraktif namun juga memberikan sebuah solusi lain yang berkaitan dengan gaya hidup yang dapat meminimalisir beban yang manusia berikan terhadap bumi. Seperti mensosialisasikan penggunaan tas kain untuk belanja sebagai pengganti alternatif kresek dengan desain dan model yang lebih stylish sehingga orang tidak ragu atau malu untuk menggunakannya.
Pembicara kedua adalah saudari Anil, staff dari YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi). Sosok perempuan ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi para pengiat peduli lingkungan Bandung. Bahkan di Kompasiana pun profile tentang dirinya sudah diangkat sebagai Calon guru yang peduli lingkungan. Pada sesi ini, saudari Anil berbagi cerita dan pengalaman mengenai Green Consumer. Yang pada akhirnya berkaitan erat dengan gaya hidup hijau yang puji syukur sudah Anil coba terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Pertanyaan-pertanyaan mengenai gaya hidup hijau pun mengalir deras kepada saudari Anil, dari masalah kebiasaan makan anak kostan, mencuci pakaian, informasi dan forum lingkungan yang kurang memadai, hingga peraturan pemerintah yang mendukung upaya gaya hidup hijau.
Semuanya dijawab saudari Anil dengan semangat yang tak pernah lelah. Dan meyakinkan setiap orang yang hadir bahwa semua orang dapat melakukan hal tersebut tanpa harus merasa terbebani dengan permasalahan-permasalahan yang kerap kali muncul menghambat niat tulus untuk memulai sebuah keramahan terhadap bumi.
Jadi kenapa kita harus menunda-nunda?
Green lifestyle, Delay no more!!
Maaf jika reportasenya menclok-menclok, maklum citizen jurnalisme membawa sedikit masalah hati.
Kembali lagi ke SOUL.
Acara ini menghadirkan dua orang pembicara dengan dua tema yang berbeda namun masih dalam koridor “green”.
Pembicara pertama menghadirkan saudara Mohamad Bijaksana Junerosano yang berbagi cerita mengenai Green Entrepreunership. Sano yang aktif bersama kawan-kawannya yang terhimpun dalam Greeneration Indonesia mencoba untuk menyebarkan semangat kepedulian dan cinta lingkungan melalui pernak-pernik yang tidak lepas dari keseharian manusia. Semangat GI ini dikembangkan melalui produk-produk yang selain tentunya ramah lingkungan juga bersifat persuasif terhadap isu-isu lingkungan yang tengah terjadi si sekeliling kita. Ada pun produk-produk mereka bukan hanya ditonjolkan dengan desain-desain atraktif namun juga memberikan sebuah solusi lain yang berkaitan dengan gaya hidup yang dapat meminimalisir beban yang manusia berikan terhadap bumi. Seperti mensosialisasikan penggunaan tas kain untuk belanja sebagai pengganti alternatif kresek dengan desain dan model yang lebih stylish sehingga orang tidak ragu atau malu untuk menggunakannya.
Pembicara kedua adalah saudari Anil, staff dari YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi). Sosok perempuan ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi para pengiat peduli lingkungan Bandung. Bahkan di Kompasiana pun profile tentang dirinya sudah diangkat sebagai Calon guru yang peduli lingkungan. Pada sesi ini, saudari Anil berbagi cerita dan pengalaman mengenai Green Consumer. Yang pada akhirnya berkaitan erat dengan gaya hidup hijau yang puji syukur sudah Anil coba terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Pertanyaan-pertanyaan mengenai gaya hidup hijau pun mengalir deras kepada saudari Anil, dari masalah kebiasaan makan anak kostan, mencuci pakaian, informasi dan forum lingkungan yang kurang memadai, hingga peraturan pemerintah yang mendukung upaya gaya hidup hijau.
Semuanya dijawab saudari Anil dengan semangat yang tak pernah lelah. Dan meyakinkan setiap orang yang hadir bahwa semua orang dapat melakukan hal tersebut tanpa harus merasa terbebani dengan permasalahan-permasalahan yang kerap kali muncul menghambat niat tulus untuk memulai sebuah keramahan terhadap bumi.
Jadi kenapa kita harus menunda-nunda?
Green lifestyle, Delay no more!!
3 komentar