"Saya pikir kita semua sudah tahu apa penyebab dari semua bencana ini. Sekarang, apa yang bisa kita lakukan sebagai individu untuk mencegahnya", kata salah seorang peserta di acara nonton bersama yang diadakan di sekretariat Walhi Jabar pada Jumat, 26 Maret 2010. Film yang diputar kali ini berjudul “Airku, Hidupku” sebuah film dokumentasi perjalanan yang disutradarai oleh Indrasitas, yang merekam dinamika Sungai Citarum, dan aktivitas kehidupan di sekitar sungai terpanjang di Jawa Barat ini.
Citarum kini telah menjadi isu nasional. Banjir yang belakangan melanda kota-kota yang berada di DAS Citarum ditetapkan sebagai bencana nasional dengan status siaga, terkait dengan isu bocornya bendungan Jatilihur. Peserta memahami bahwa masalah banjir yang melanda DAS Citarum tidak dapat diselesaikan dengan cara pintas dengan memperbaiki infrastruktur saja. Ada hal-hal lain yang juga sangat penting dan harus dilakukan bersamaan, yaitu pengelolaan DAS, terutama daerah resapan yang menahan sebagian besar volume air yang kini membanjiri badan Citarum setiap musim hujan.
Diskusi dalam acara yang dihadiri oleh kurang lebih 15 peserta ini, diwarnai pemikiran mengenai lambatnya respons terhadap bencana DAS Citarum dan fokus pemerintah yang selalu berkonsentrasi pada penyelesaian masalah dengan pembangunan infrastruktur. Kompleksnya permasalah di sekitar bencana yang terjadi di Citarum menuntut penyelesaian yang tidak mudah. Karena banyak pihak yang terlibat dalam masalah di Citarum, maka peran banyak pihak, termasuk setiap individu, untuk menyelesaikan masalah Citarum menjadi prasyarat utama.
Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai individu untuk mengurangi resiko banjir? Menurut David, direktur YPBB yang turut hadir dalam acara tersebut, kita bisa mengusahakan agar tidak ada air larian yang keluar dari rumah kita, atau dengan kata lain kita tahan semua air hujan yang masuk ke areal rumah kita. Hal ini bisa diupayakan dengan membuat lubang-lubang biopori, juga menampung air hujan yang jatuh di genting rumah. Apakah usaha-usaha ini sudah cukup menjadi solusi? Tentu saja tidak. Solusi yang paling logis dari permasalahan banjir adalah menjaga kualitas hutan di bagian hulu sungai. Dan ini bukan tugas pemerintah dan masyarakat hulu sungai saja, tapi tugas kita semua sebagai makhluk penikmat air bersih. [piki]
NB: Nontong bareng berikutnya akan dilakukan pada 9 April 2010, pukul 16:00 - 18:00 di Kantor Walhi Jabar. Keterangan lebih lanjut silakan klik di sini.
About the Author
Organisasi non-profit dan non-pemerintah yang dirintis sejak tahun 1993. Selama lebih dari 20 tahun, YPBB mendedikasikan diri untuk membantu masyarakat mencapai kualitas hidup yang tinggi dan berkelanjutan, baik di masa kini maupun di masa generasi mendatang, melalui gaya hidup selaras alam (atau organis).
0 komentar