Welcome to our website !

MENAKSIR TIMBULAN SAMPAH DI KELURAHAN GEMPOLSARI MELALUI STUDI WACS

By 8:40 AM

Sistem pengelolaan sampah yang tepat masih menjadi PR besar bagi sebagian besar dari kita. Terlihat dari banyaknya persoalan fasilitas pengelolaan sampah yang belum maksimal, timbunan sampah sembarangan, serta pencemaran sampah di saluran air. Sebagai respon dari suatu masalah, rangkaian kajian ilmiah merupakan alat bantu yang pas untuk membantu memetakan sumber masalah. Dengan melakukan pemetaan pada masalah sampah, kita dapat mengembangkan solusi untuk pengelolaan sampah yang lebih baik.

Keadaan TPA Sarimukti saat ini.
(Dokumentasi YPBB)

Waste Analysis and Characterization Studies (WACS) pada dasarnya merupakan bentuk dari kajian persampahan yang dapat menunjukkan banyaknya produksi sampah dalam rentang waktu tertentu. Kajian tersebut juga dapat menunjukkan jenis sampah terbanyak yang dihasilkan sekelompok orang, hingga merinci besaran produksi sampah spesifik seperti plastik. Studi WACS dapat dilengkapi dengan kajian spesifik seperti Brand Audit yang akan menampilkan nama-nama merek produk dari sampah plastik kemasan yang terkumpul.
WACS dan Brand Audit oleh YPBB
Dalam kurun waktu 3 tahun, YPBB sudah melakukan studi WACS dsebanyak 6 kali. Pada tahun 2017, WACS berturut-turut dilakukan di 3 Kelurahan berbeda yaitu Kelurahan Setiamanah (Kota Cimahi), Kelurahan Sukaluyu (Kota Bandung) dan Desa Parungserab (Kabupaten Bandung Barat).

Aktivitas pengelompokan sampah dalam studi WACS dan Brand Audit.
(Dokumentasi YPBB)

 Di tahun 2019, YPBB kembali melakukan studi WACS yang dilaksanakan di Kota Bandung. Studi tersebut telah dilakukan di 2 kelurahan, salah satunya adalah Kelurahan Gempolsari. Penyelenggaraan studi tersebut berkaitan erat dengan perencanaan untuk menjadikan kawasan studi sebagai kawasan model pemilahan sampah. Hasil dari studi persampahan ini akan menjadi dasar pengembangan sistem pengelolaan sampah yang ideal untuk Kelurahan Gempolsari.

Studi WACS di Kelurahan Gempolsari

Pada studi WACS yang dilakukan di Gempolsari, sebanyak 77 KK (Kepala Keluarga) bersedia menjadi responden. Jumlah tersebut tersebar ke dalam 3 RW berbeda, yaitu RW 07, 09 dan 10. Dalam studi tersebut, warga responden diminta untuk melakukan pemilahan sampah selama 8 hari berturut-turut. Warga responden harus memilah sampah mereka menjadi 5 jenis, yaitu sampah sisa makanan lunak, sisa makanan keras, sampah yang dapat didaur ulang, sampah lainnya & popok pembalut. Pengelompokan jenis sampah menjadi 5 jenis tersebut didasarkan pada PERDA Walikota Bandung No.9 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Sampah.
Kategori sampah berdasarkan PERDA Walikota Bandung No.9 Tahun 2018
Sampah sisa makanan lunak (organik lunak)
Sampah sisa makanan keras (organik keras)
Sampah yang dapat didaur ulang
Sampah lainnya
Popok & Pembalut



Sampah Organik Raih Presentase Tertinggi



(Sumber : Laporan Studi Timbulan Sampah Kelurahan Gempolsari, 2019)

Hasil yang diperoleh dari studi WACS menunjukkan bahwa diperkirakan setiap orang di Gempolsari menghasilkan sampah sebanyak 271 gram per hari. Dari 271 gram sampah yang dihasilkan, 36% terdiri dari sampah organik lunak dan 23% dari sampah organik lunak. Sampah organik lunak merupakan sampah yang biasanya berasal dari sisa makanan sedangkan sampah organik keras biasanya berupa sampah pekarangan (daun, ranting, dlsb.).

Dalam studi timbulan sampah, jenis sampah organik baik lunak maupun keras, menjadi sampah yang paling mendominasi daripada jenis lainnya. Sebagai salah satu peningkatan pengelolaan sampah, jenis sampah organik dapat dikompos secara lokal dengan berbagai macam metode pengomposan. Upaya pengomposan merupakan upaya utama kawasan model Program Zero Waste Cities dalam usaha pengurangan kiriman sampah ke TPA.

Sampah Plastik di Kelurahan Gempolsari


(Sumber : Laporan Studi Timbulan Sampah Kelurahan Gempolsari, 2019)

Sampah plastik yang terkumpul selama studi WACS di Kelurahan Gempolsari digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu kategori sampah plastik yang bisa didaur ulang dan sampah lainnya. Sampah plastik yang masuk ke dalam kategori sampah daur ulang merupakan sampah berbahan dasar plastik yang memiliki potensi untuk masuk dalam proses daur ulang, seperti botol kemasan minuman, gelas plastik, dan kemasan berbahan plastik keras. Sementara itu, sampah plastik yang masuk dalam kategori sampah lainnya merupakan plastik yang memiliki kemungkinan kecil untuk proses daur ulang, seperti kantong plastik, plastik bening, dan kemasan plastik pada umumnya.
 (Sumber : Laporan Studi Timbulan Sampah Kelurahan Gempolsari, 2019)


Studi WACS menunjukkan bahwa setiap orang di Gempolsari rata-rata menghasilkan sebanyak 28,5 gram/hari sampah daur ulang dan sampah lainnya. Jika dirinci lebih jauh, dalam kategori sampah lainnya, sampah plastik menjadi dominasi utama daripada sampah jenis lain. Plastik bening merupakan jenis sampah plastik terbanyak yang dibuang oleh warga responden di Gempolsari, yaitu sebanyak 7 gram/hari. Sampah material plastik lainnya yang banyak dibuang oleh warga responden yaitu kantong plastik dengan besaran hampir 6 gram/hari.

Kemasan Makanan dan Minuman Menjadi Komposisi Utama Sampah di Kelurahan Gempolsari


Studi WACS dan Brand Audit mengelompokkan seluruh sampah yang terkumpul berdasarkan fungsi benda sebelum menjadi sampah. 

Diagram Treemap sampah berdasarkan kegunaannya saat masih dalam bentuk produk dalam studi WACS dan Brand Audit di Kelurahan Gempolsari.
(Sumber : Laporan Studi Timbulan Sampah Kelurahan Gempolsari, 2019)

Hasilnya, sebanyak 51,9% sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah dari jenis kemasan makanan dan minuman. Kemasan yang dimaksud dapat berupa kertas pembungkus makanan, plastik kemasan makanan, dan plastik kemasan minuman. Kemasan makanan dan minuman yang di-audit saat dilakukan studi didominasi oleh produk bermerek, menunjukkan bahwa konsumsi produk bermerek di Kelurahan Gempolsari tergolong tinggi.

You Might Also Like

0 komentar