MENAKSIR TIMBULAN SAMPAH DI KELURAHAN GEMPOLSARI MELALUI STUDI WACS
Sistem pengelolaan sampah yang tepat masih menjadi PR besar bagi
sebagian besar dari kita. Terlihat dari banyaknya persoalan fasilitas
pengelolaan sampah yang belum maksimal, timbunan sampah sembarangan, serta
pencemaran sampah di saluran air. Sebagai respon dari suatu masalah, rangkaian
kajian ilmiah merupakan alat bantu yang pas untuk membantu memetakan sumber
masalah. Dengan melakukan pemetaan pada masalah sampah, kita dapat
mengembangkan solusi untuk pengelolaan sampah yang lebih baik.
Keadaan TPA Sarimukti saat
ini.
(Dokumentasi YPBB)
(Dokumentasi YPBB)
Waste Analysis and Characterization Studies (WACS) pada dasarnya merupakan bentuk dari kajian persampahan
yang dapat menunjukkan banyaknya produksi sampah dalam rentang waktu tertentu.
Kajian tersebut juga dapat menunjukkan jenis sampah terbanyak yang dihasilkan
sekelompok orang, hingga merinci besaran produksi sampah spesifik seperti
plastik. Studi WACS dapat dilengkapi dengan kajian spesifik seperti Brand
Audit yang akan menampilkan nama-nama merek produk dari sampah plastik
kemasan yang terkumpul.
WACS dan Brand Audit
oleh YPBB
Dalam kurun waktu 3 tahun, YPBB sudah melakukan studi WACS
dsebanyak 6 kali. Pada tahun 2017, WACS berturut-turut dilakukan di 3 Kelurahan
berbeda yaitu Kelurahan Setiamanah (Kota Cimahi), Kelurahan Sukaluyu (Kota
Bandung) dan Desa Parungserab (Kabupaten Bandung Barat).
Aktivitas pengelompokan
sampah dalam studi WACS dan Brand Audit.
(Dokumentasi YPBB)
Di tahun 2019, YPBB kembali melakukan
studi WACS yang dilaksanakan di Kota Bandung. Studi tersebut telah dilakukan di
2 kelurahan, salah satunya adalah Kelurahan Gempolsari. Penyelenggaraan studi
tersebut berkaitan erat dengan perencanaan untuk menjadikan kawasan studi
sebagai kawasan model pemilahan sampah. Hasil dari studi persampahan ini akan
menjadi dasar pengembangan sistem pengelolaan sampah yang ideal untuk Kelurahan
Gempolsari.
Studi
WACS di Kelurahan Gempolsari
Pada studi WACS yang dilakukan di Gempolsari, sebanyak
77 KK (Kepala Keluarga) bersedia menjadi responden. Jumlah tersebut tersebar ke
dalam 3 RW berbeda, yaitu RW 07, 09 dan 10. Dalam studi tersebut, warga
responden diminta untuk melakukan pemilahan sampah selama 8 hari
berturut-turut. Warga responden harus memilah sampah mereka menjadi 5 jenis,
yaitu sampah sisa makanan lunak, sisa makanan keras, sampah yang dapat didaur
ulang, sampah lainnya & popok pembalut. Pengelompokan jenis sampah menjadi
5 jenis tersebut didasarkan pada PERDA Walikota Bandung No.9 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Sampah.
Kategori sampah berdasarkan PERDA Walikota
Bandung No.9 Tahun 2018
|
||||
Sampah sisa makanan lunak (organik
lunak)
|
Sampah sisa makanan keras (organik
keras)
|
Sampah yang dapat didaur ulang
|
Sampah lainnya
|
Popok & Pembalut
|
Sampah
Organik Raih Presentase Tertinggi
(Sumber
: Laporan Studi Timbulan Sampah Kelurahan Gempolsari, 2019)
Hasil yang diperoleh dari studi WACS
menunjukkan bahwa diperkirakan setiap orang di Gempolsari menghasilkan sampah
sebanyak 271 gram per hari. Dari 271 gram sampah yang dihasilkan, 36% terdiri
dari sampah organik lunak dan 23% dari sampah organik lunak. Sampah organik
lunak merupakan sampah yang biasanya berasal dari sisa makanan sedangkan sampah
organik keras biasanya berupa sampah pekarangan (daun, ranting, dlsb.).
Dalam studi timbulan sampah, jenis sampah
organik baik lunak maupun keras, menjadi sampah yang paling mendominasi
daripada jenis lainnya. Sebagai salah satu peningkatan pengelolaan sampah,
jenis sampah organik dapat dikompos secara lokal dengan berbagai macam metode
pengomposan. Upaya pengomposan merupakan upaya utama kawasan model Program Zero Waste Cities dalam usaha
pengurangan kiriman sampah ke TPA.
Sampah Plastik di Kelurahan Gempolsari
(Sumber
: Laporan Studi Timbulan Sampah Kelurahan Gempolsari, 2019)
Sampah
plastik yang terkumpul selama studi WACS di Kelurahan Gempolsari digolongkan
menjadi 2 jenis, yaitu kategori sampah plastik yang bisa didaur ulang dan
sampah lainnya. Sampah plastik yang masuk ke dalam kategori sampah daur ulang
merupakan sampah berbahan dasar plastik yang memiliki potensi untuk masuk dalam
proses daur ulang, seperti botol kemasan minuman, gelas plastik, dan kemasan
berbahan plastik keras. Sementara itu, sampah plastik yang masuk dalam kategori
sampah lainnya merupakan plastik yang memiliki kemungkinan kecil untuk proses
daur ulang, seperti kantong plastik, plastik bening, dan kemasan plastik pada
umumnya.
(Sumber : Laporan Studi Timbulan Sampah Kelurahan Gempolsari, 2019)
Studi WACS
menunjukkan bahwa setiap orang di Gempolsari rata-rata menghasilkan sebanyak
28,5 gram/hari sampah daur ulang dan sampah lainnya. Jika dirinci lebih jauh,
dalam kategori sampah lainnya, sampah plastik menjadi dominasi utama daripada
sampah jenis lain. Plastik bening merupakan jenis sampah plastik terbanyak yang
dibuang oleh warga responden di Gempolsari, yaitu sebanyak 7 gram/hari. Sampah
material plastik lainnya yang banyak dibuang oleh warga responden yaitu kantong
plastik dengan besaran hampir 6 gram/hari.
Kemasan
Makanan dan Minuman Menjadi Komposisi Utama Sampah di Kelurahan Gempolsari
Studi WACS
dan Brand Audit mengelompokkan
seluruh sampah yang terkumpul berdasarkan fungsi benda sebelum menjadi sampah.
Diagram
Treemap sampah berdasarkan
kegunaannya saat masih dalam bentuk produk dalam studi WACS dan Brand Audit di Kelurahan Gempolsari.
(Sumber : Laporan Studi Timbulan Sampah Kelurahan Gempolsari, 2019)
Hasilnya,
sebanyak 51,9% sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah dari jenis kemasan
makanan dan minuman. Kemasan yang dimaksud dapat berupa kertas pembungkus
makanan, plastik kemasan makanan, dan plastik kemasan minuman. Kemasan makanan
dan minuman yang di-audit saat dilakukan studi didominasi oleh produk bermerek,
menunjukkan bahwa konsumsi produk bermerek di Kelurahan Gempolsari tergolong
tinggi.
0 komentar