Konsumerisme Hijau: Hijau Tidak Harus Mahal
“Kalau Saya bisa melakukan satu saja hal besar, Saya akan menghilangkan sesuatu bernama fashion, karena telah membuat orang-orang di dunia menjadi konsumtif akan pakaian,” ujar Inggrid. Namun nasi sudah menjadi bubur, pola produksi dan konsumsi produk di dunia rata-rata tidak memperhitungkan eksistensi lingkungan. Lalu apa yang harus Kita lakukan?
Bukan hanya produk fashion yang menjadi perbincangan dalam pertemuan komunitas Zero WasteYPBB, 29 Maret 2009 lalu. Lebih luas, pada acara yang diadakan di Sekretariat YPBB setiap minggu ke-4 pada setiap bulan tersebut, dibahas juga produk-produk lain yang dekat dengan keseharian kita ditinjau dari pola produksinya. Konsumerisme hijau adalah tema yang diusung bulan ini, setelah bulan lalu tema pengolahan limbah tetrapak cukup menarik minat peserta.
Konsumerisme hijau adalah gerakan berbelanja dan menggunakan produk ramah lingkungan dalam rangka usaha penyelamatan lingkungan hidup. Konsep ini memang relatif baru di telinga masyarakat Indonesia, namun cukup menyedot minat peserta yang hadir saat itu, terlihat dari intensitas pertanyaan yang muncul. Mungkin karena aplikasinya dekat dengan kehidupan sehari-hari, para peserta sudah bisa membayangkan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendukung gerakan tersebut.
Menanggapi pertanyaan Fictor tentang mengapa produk hijau identik dengan harga mahal, Lesti selaku narasumber menjelaskan bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang aneh. “Produk-produk hijau biasanya lebih mahal karena biaya produksinya lebih besar, misalnya produk bersertifikat ISO 14001. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut dibutuhkan biaya yang sangat besar,” tutur mahasiswi S2 Ilmu Lingkungan UNPAD tersebut. “Jadi benar-benar harus ada willingness to pay dari para konsumen jika ingin gerakan ini terus berlanjut,” tambahnya.
Namun konsumerisme hijau tidak selalu berimbas pada beban finansial lebih besar yang harus ditanggung oleh konsumen. Ada cara lain yang bisa ditempuh, misalnya dengan membeli produk hijau langsung dari produsennya, atau dengan kata lain memperpendek rantai perdagangan. “Sebagai contoh, di negara saya ada koperasi yang menghubungkan secara langsung petani organik dengan konsumennya” ucap Inggrid yang merupakan satu-satunya warga negara Jerman yang menjadi peserta pada pertemuan tersebut.
Hanya 10% dari penduduk dunia yang sudah menjadi konsumen hijau. Mungkin akan timbul anggapan-anggapan skeptis pada benak kita: bisakan gerakan minoritas ini akan berdampak signifikan terhadap lingkungan? Jawabannya adalah bisa. Sesuai hukum ekonomi, produk akan muncul di pasaran jika permintaan terhadap produk tersebut cukup banyak. Sehingga tinggal pintar-pintar kita saja berperilaku sebagai konsumen, sekaligus sebagai penyebar virus positif ini.
Walaupun hanya dihadiri oleh 10 peserta, diskusi yang terbangun pada acara ini cukup seru. “Biasanya sih yang hadir ke pertemuan komunitas Zero Waste seperti ini sekitar 25 orang, malah yang bulan kemarin sampai 40 orang” ucap Anil selaku humas YPBB. Minimnya peserta pada pertemuan kali ini menurut Anil kemungkinan karena kegiatan ini bentrok dengan kegiatan-kegiatan lain di komunitas masing-masing peserta.
Ternyata komposisi peserta di pertemuan kali ini tidak hanya diisi relawan yang pernah berkecimpung di YPBB, tapi juga diwarnai wajah baru. Adalah Fukeuda Wisata (Ukeu), yang menjadi partisipan terbontot YPBB saat itu. Dengan modal nekat, mahasiswi Akuntansi UNPAD angkatan 2007 ini datang ke acara ini sendirian untuk mendapatkan pengetahuan dan teman-teman baru. “Ternyata orang-orangnya welcome, dan Aku dapet banyak hal-hal baru di sini, selama ini Aku cuman tau anti plastic bag,” ujar Ukeu. Perihal apakah akan datang lagi ke pertemuan komunitas ini bulan-bulan depan, Ukeu menjawab, “banyak hal yang belum Aku tau, jadi Aku pengen ke sini lagi, dan Aku pengen menetapkan diri untuk ga kabur-kabur.”
Rencananya tema konsumerisme akan diusung kembali bulan depan, namun dengan topik bahasan yang berbeda. “Yang sekarang kan lebih ke teori, kalo yang bulan depan lebih ke aplikasi di kehidupan sehari-hari, jadi akan lebih banyak dibahas tips-tips-nya,” ucap Anil. Jadi, bagi Anda yang tertarik dengan kegiatan dan topik ini, segera tandai agenda Anda di tanggal 25 April 2009, dan bubuhkan “Pertemuan Komunitas Zero Waste YPBB”. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya. (rima)
NB: Bila berminat mengikuti pertemuan komunitas Zero Waste bulan April, silakan menghubungi Nana (085221323231)
0 komentar