Ketika Penggiat Lingkungan Terjebak di Kondangan
Teman-teman relawan pasti tidak asing dengan sosok ini...
Berikut adalah salah satu artikel yang ditulis Hadi Samsul, seorang relawan YPBB, tentang Anil... di link dari site ini
Masih ingat dengan Anilawati Nurwakhidin? Salah seorang aktivis (ehm) penggiat lingkungan dari Bandung. Saya pernah menceritakannya disini.
Beberapa hari yang lalu saya kembali bertemu dengan Anil -panggilan Anilawati- di salah satu rumah makan di dekat rumah saya. Kebetulan Anil dan kawan-kawan YPBB baru saja pulang dari Bogor setelah memberikan sebuah pelatihan tentang lingkungan. Karena lama tak bersua, saya dan Anil pun mengobrol. Sayang waktu yang tersedia teramat singkat untuk sebuah reuni. Anil pun kembali ke kota Bandung.
Rupanya eh rupanya, obrolan kami yang terpotong sewaktu bertemu tersebut berlanjut dengan obrolan di dunia maya. Waktu itu kami membicarakan tentang isu kampanye Anil tentang gerakan nol sampah alias zero waste.
Salah satu usaha Anil untuk meminimalisir sampah pernah saya ceritakan di sini, yaitu Anil yang berkampanye untuk mengurangi konsumsi sedotan ketika minum juice atau minuman lainnya. Anil memberikan contoh untuk mengurangi sampah sedotan dengan cara tidak menggunakan sedotan. Saya pernah mencatatkannya disini, dan tulisan tersebut lah yang mengantarkan saya menjadi pemenang kompetisi menulis yang diselenggarakan kumkum blog.
Kembali ke isu obrolan kami tentang gerakan nol sampah alias zero waste yang dilakukan Anil. Kali ini Anil menceritakan sesuatu yang menurut saya sederhana namun unik. Sederhana karena ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Unik karena ini merupakan hal tidak biasa yang dilakukan oleh seseorang di tengah-tengah kerumunan sosialita.
-hs-
Pada sebuah kesempatan pesta pernikahan rekan kuliah kami, Anil datang bersama salah seorang kawan kuliah saya yang lain yaitu Irma. Seperti layaknya acara di kondangan, Setelah memberikan doa restu dan dua rebu, Anil dan Irma pun segera menyerbu meja prasmanan untuk mengisi perut. Tidak ada masalah dan hal menarik yang bisa diceritakan, semuanya “normal-normal saja”. Namun begitu tiba di stand air minum, Anil yang selalu mengkampanyekan hidup organis ini mulai terkena masalah. Tentu saja bermasalah karena air minum yang disediakan adalah air minum kemasan. Jika diambil dan meminumnya, maka Anil akan berkontribusi menyumbangkan satu buah sampah kemasan air mineral yang sulit diurai tanah, satu buah sedotan, serta tissue yang terbuat dari batang pohon. Anil pun menyiasatinya dengan tidak mengambil air tersebut. Sebagai gantinya, Anil mengeluarkan perbekalan minum yang dia bawa dari rumah (hehe, Cuma si Anil yang bisa begini-ke kondangan bawa bekal minum). Akhirnya selamat lah Anil dari perkara membuat sampah.
Pada sesi berikutnya, tahu sendiri dong ketika di pesta perkawinan, tidak hanya makanan paket nasi saja yang disediakan. Ada beberapa stand yang juga disediakan untuk melengkapi menu prasmanan. Nah, setelah sukses menyantap, rupanya Anil masih keliyengan dan ngiler melihat stand ice cream. Oow, ada masalah disini. Kemasan ice cream yang terbuat dari plastik membuat Anil ragu mengambil karena, lagi-lagi, Anil akan memberikan kontribusi sampah buat lingkungan kita tercinta. Tapi… bukan teman saya kalau tidak cerdas, Anil pun menyebrang ke stand prasmanan kembali. Tidak, bukan untuk makan lagi. Melainkan mengambil piring makan (dan sendok tentunya), lalu dia sodorkan pada penjaga ice cream.
“Mang, es krimnya empat porsi.”
Tanpa ba bi bu (tapi namun mungkin disertai tatapan heran) akhirnya si mamang penjaga stand memberikan empat porsi.
(maap sodara sodari, bukan rewog ieu mah, tapi temen2 yang pengen es krim ada 4 orang-catatan Anil) Dan si mamangnya memberikan empat ceplokan es krim: plok plok plok plok. Sukses lah Anil makan ice cream tanpa menghasilkan sampah.
Berikutnya, Anil si penggiat lingkungan ini melirik stand es cendol. Disajikan dalam kemasan gelas plastik air mineral beserta sendok plastik.
“Euh, kenapa gak pake gelas kaca/plastik yang bisa dicuci ulang aja sih?” begitu keluh Anil manakala melihat es cendol. Ditengah keluhan tersebut rupanya Anil penasaran dengan rasa es cendol tersebut. Berpikir keras lah Anil bagaimana caranya minum es cendol tanpa menghasilkan sampah gelas mineral. Aha, dia akhirnya ‘mencuri’ mangkok (piring cekung) kecil dari stand rujak. Dan akhirnya Anil kembali sukses meminum es cendol tanpa menghasilkan sampah.
“Es cendol rasa zero waste hahaha…”
Hahaha… perjuangan yang cukup berat nampaknya untuk tidak menghasilkan sampah di tengah-tengah pesta yang memang selalu memberikan kontribusi sampah setelahnya.
-hs-
Apa yang dilakukan oleh Anilawati Nurwakhidin adalah sesuatu yang tidak biasa bagi kita. Namun kepekaanya terhadap lingkungan patut kita contoh. Anil memulai dari diri sendiri bagaimana caranya agar dia tidak membebani bumi ini dengan sampah yang dia hasilkan melalui program zero waste-nya. Anil memulai dari hal-hal kecil namun berdampak besar bagi lingkungannya, semisal tidak menggunakan sedotan manakala minum juice, tidak meminum air mineral kemasan yang memberi kontribusi sampah bagi lingkungan, tidak menggunakan tissue karena sadar bahwa selembar tipis tissue itu terbuat dari beberapa kubik kayu. Dan Anil memulai dari saat ini untuk segera mengurangi subsidi sampah bagi lingkungan. Setidaknya Anil sudah melaksanakan langkah 3M yang dikonsep Aa Gym untuk mengurangi sampah.
Jujur saya sendiri belum bisa untuk berlaku seperti Anil di kondangan-kondangan karena membutuhkan nyali yang besar. Apa yang Anil lakukan bukanlah hal yang sulit yang bisa kita lakukan. Tinggal dari diri kita saja-nya yang harus menyadari bahwa kita adalah manusia-manusia yang memberikan kontribusi sampah. Jika saja ada seratus orang seperti Anil dalam sebuah kondangan, pasti volume sampah yang berkurang juga jauh lebih besar.
Anda berminat seperti Anil? (HS)
2 komentar