MARKINON Tentang Plastik di Museum Geologi
Berikut reportase kegiatan MARKINON edisi spesial bertempat di auditorium Museum Geologi yang kami ambil dari blog milik teman YPBB Maya A.Pujiati, kami sedikit membubuhkan foto selama kegiatan ini berlangsung. Terima kasih atas tulisannya...selamat membaca dan sampai bertemu di kegiatan selanjutnya :)
Minggu, 12 Desember 2010. YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi) dan Walhi Jabar bekerja sama dengan Museum Care dan Museum Geologi menyelenggarakan acara yang bertajuk MARKINON (MAri KIta NONton), dan menayangkan film dokumenter berjudul Addicted to Plastic: The Rice and Demise of The Modern Miracle. Kami sekeluarga menghadiri acara tersebut, sekalian bertemu teman-teman sesama praktisi Home-Education (HE).
Kami memang terlambat datang, tapi sekilas pada scene-scene terakhir alhamdulillah ada pesan yang bisa kami tangkap. Film ini menjelaskan tentang zat-zat apa saja yang terkandung dalam plastik dan prediksi-prediksi jika plastik akhirnya dibuang menjadi sampah, baik ketika tertimbun tanah maupun dibakar. Zat-zat beracun yang terkandung di dalamnya bisa mencemari lingkungan. Jika zat itu ikut larut dalam makanan/minuman yang kita konsumsi atau asap hasil pembakarannya terhirup, dampak bagi tubuh manusia juga ternyata tidak main-main. Beberapa di antara akibat racun plastik adalah kemandulan bagi pria dan memicu munculnya sel kanker.
Film ini secara umum bertujuan agar kita jadi lebih bijak menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun dalam banyak hal kita membutuhkannya namun sesungguhnya tetap memiliki alternatif lain untuk mengurangi jumlahnya. Misalnya saja:
1. Kita bisa mengurangi pembelian minuman dan makanan yang memakai kemasan plastik sekali pakai dan menggantinya dengan wadah yang bisa dipakai secara berulang.
2. Kita bisa mengurangi penggunaan kresek dan membawa tas belanja sendiri dari rumah.
3. Kita bisa mendaur atau memakai ulang beberapa sampah anorganik.
Ada satu sindiran kecil di bagian akhir film itu, "Yang paling banyak menghasilkan sampah adalah orang-orang kaya (baca: berpenghasilan cukup tinggi dan menjadi konsumen produk-produk instan), namun yang menerima dampaknya adalah orang-orang miskin yang tinggal di sekitar TPA.
Terkait pendidikan rumah, buat saya pengetahuan dan pembiasaan hidup pro lingkungan adalah pe-er buat kami. Sedang terus belajar untuk bergaya hidup zero waste dan menularkannya sejengkal demi sejengkal dengan cara yang kami bisa.
Saya berterima kasih kepada YPBB dan Museum Care serta Museum Geologi yang sudah menyelenggarakan acara ini. Berharap mendapat copy film-nya untuk diputar di lingkungan komplek kami, minimal oleh anak-anak member perpustakaan ^_^
Film ini secara umum bertujuan agar kita jadi lebih bijak menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun dalam banyak hal kita membutuhkannya namun sesungguhnya tetap memiliki alternatif lain untuk mengurangi jumlahnya. Misalnya saja:
1. Kita bisa mengurangi pembelian minuman dan makanan yang memakai kemasan plastik sekali pakai dan menggantinya dengan wadah yang bisa dipakai secara berulang.
2. Kita bisa mengurangi penggunaan kresek dan membawa tas belanja sendiri dari rumah.
3. Kita bisa mendaur atau memakai ulang beberapa sampah anorganik.
Ada satu sindiran kecil di bagian akhir film itu, "Yang paling banyak menghasilkan sampah adalah orang-orang kaya (baca: berpenghasilan cukup tinggi dan menjadi konsumen produk-produk instan), namun yang menerima dampaknya adalah orang-orang miskin yang tinggal di sekitar TPA.
Terkait pendidikan rumah, buat saya pengetahuan dan pembiasaan hidup pro lingkungan adalah pe-er buat kami. Sedang terus belajar untuk bergaya hidup zero waste dan menularkannya sejengkal demi sejengkal dengan cara yang kami bisa.
Saya berterima kasih kepada YPBB dan Museum Care serta Museum Geologi yang sudah menyelenggarakan acara ini. Berharap mendapat copy film-nya untuk diputar di lingkungan komplek kami, minimal oleh anak-anak member perpustakaan ^_^
0 komentar