Cara Kreatif Memperkenalkan Zero Waste Cities pada Masyarakat di Kala Pandemi

 

Hadirnya pandemi covid-19 menjadikan aktivitas di Kota Bandung dan kota-kota lainnya di Indonesia menjadi terbatas, ditambah dengan adanya perintah dari pemerintah untuk mengontrol persebaran virus. Pembatasan yang terjadi mempengaruhi keberjalanan program Zero Waste Cities yang cukup banyak membutuhkan interaksi secara langsung dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat. YPBB membuat inovasi untuk memastikan kegiatan edukasi dan pengumpulan terpilah tetap berjalan dengan baik serta tidak lupa untuk tetap memastikan staf lapangan, petugas pengumpul sampah dan masyarakat tetap terjaga dari kemungkinan penyebaran virus.


Jaga jarak : Persiapan roadshow pertemuan kader ZWC ( Kang Pisman) di Kelurahan Cihaurgeulis

Saat berkeliling untuk mengumpulkan sampah di kawasan RW bersama petugas pengumpul sampah, staf lapangan memastikan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), tetap menjaga jarak, dan selalu menjaga kebersihan. Mereka juga memantau informasi penyebaran COVID-19 di area dampingannya masing-masing. Saat suatu daerah dinyatakan masuk dalam status “Zona Merah” atau seseorang di kawasan tersebut dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19, kegiatan lapangan ditunda untuk sementara. Staf lapangan Zero Waste Cities berpindah ke kawasan yang berisiko rendah sampai status “Zona Merah” pada daerah tersebut dicabut.

Jaga jarak : Pembagian APD untuk petugas pengumpul sampah di Kelurahan Cihaurgeulis

Petugas lapangan memaksimalkan penggunaan gawai dan grup di aplikasi whatsapp untuk mengurangi pertemuan secara langsung. Mereka juga menggunakan akun sosial media untuk mengirimkan update kegiatan, berdasarkan landing page yang telah disiapkan oleh tim proyek Zero Waste Cities. Aktivitas pelatihan dan pertemuan sementara dilaksanakan secara daring menggunakan aplikasi Google Meet.

Contoh diskusi di grup warga ketika ada yang mengeluh karena sampahnya belum diangkut dan staf lapangan memberitahukan bahwa dia sudah berkoordinasi dengan petugas pengumpul sampah sembari tetap menyarankan warga untuk tetap memilah dari rumah.

Contoh diskusi di grup Karang Taruna saat staf lapangan memotivasi anak-anak muda di kelurahan yang belum memulai program pengelolaan sampah dari kawasan dan memberi informasi bahwa di kelurahan lainnya sudah mulai menjalankan program.

Pelatihan staf lapangan dengan tema manfaat data DTDC yang bertujuan untuk memahamkan staf lapangan terkait pentingnya data pengumpulan pada tahap DTDC dan hubungannya dengan pengurangan sampah.


Pelatihan staf lapangan dengan tema Solusi Semu. Hal ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada mereka prinsip dasar Zero Waste Cities dan berbagai macam solusi semu.


Pelatihan juga diadakan untuk staf lapangan dengan tema Keunggulan dalam Gerakan Pengurangan Sampah. Pelatihan ini bertujuan untuk memberitahukan staf lapangan manfaat Gerakan Pengurangan Sampah yang dijalankan oleh YPBB. Salah satu manfaatnya adalah dapat mempengaruhi masyarakat melalui sistem dan tidak hanya mengandalkan kesadaran publik. Pelatihan ini juga memberi informasi kepada staf lapangan bahwa gerakan pengurangan sampah ini sudah dilakukan di banyak kota dan negara.

Bila diperlukan pertemuan warga yang berkaitan dengan program Zero Waste Cities, YPBB memastikan bahwa pertemuan ini diadakan di ruang yang berventilasi baik dan menjaga jarak secara fisik antar peserta. Di beberapa tempat, pertemuan tingkat kelurahan ini diadakan dengan peserta yang terbatas dan dilaksanakan di sebuah ruangan.


Video Pengelolaan Sampah dari Kawasan 

Selain secara daring di grup Whatsapp dan platform daring lainnya, YPBB juga membuat sebuah video tentang proses pengelolaan sampah dari kawasan di bulan Oktober, sebagai media alternatif untuk mengedukasi warga di kawasan, dengan tetap meminimalkan kontak fisik. Video tersebut menunjukkan berbagai macam aktivitas yang dilakukan masyarakat untuk mendukung proses pengelolaan sampah dari kawasan.

Dibalik layar pembuatan video bersama tim produksi.


Dibalik layar pembuatan video : Staf lapangan sedang menghafalkan naskah.


Acungan jempol untuk video. Warga mengapresiasi video DTDE-DTDC yang melibatkan petugas pengumpul sampah dan staf lapangan.  

Video tersebut sudah dibagikan ke grup kawasan (Kelurahan, RW, dan RT) dan beberapa kader dan ketua RW. Warga memberikan respon positif pada video tersebut dengan mengirimkan stiker jempol dan emotikon yang positif. Video ini juga melibatkan petugas pengumpul sampah dan staf lapangan yang sesungguhnya untuk memperkenalkan warga kepada mitra Zero Waste mereka.


Dibalik layar pembuatan video bersama staf lapangan dan petugas pengumpul sampah di kawasan.


Pengarahan reka adegan kepada staf lapangan dan petugas pengumpul sampah di kawasan.

Video ini juga disebar ke grup yang lebih besar dan memunculkan diskusi-diskusi terkait pengadaan upah yang lebih layak dari segi sosial dan finansial untuk petugas pengumpul sampah.

Selain di grup whatsapp, YPBB menayangkan video ini pada pertemuan warga di level RW pada kegiatan sosialisasi dengan kader RW dan pelatihan petugas pengumpul sampah.  Penayangan perdana di tingkat RW sudah dilakukan pada kegiatan sosialisasi program Zero Waste Cities di RW 14 Kelurahan Sadang Serang, Kota Bandung pada hari Sabtu, 28 November 2020. Warga yang hadir sangat antusias memperhatikan video yang ditayangkan. Beberapa warga terlihat ada yang menonton sambil berdiskusi terkait program tersebut, termasuk pak Arif, ketua RW 14. Adanya penayangan video DTDE-DTDC ini, beliau merasa memiliki gambaran terkait program yang akan dijalankan di wilayahnya.

Antusiasme warga saat menonton video DTDE-DTDC yang ditayangkan oleh staf lapangan pada saat Sosialisasi program Zero Waste Cities di RW 14 Kelurahan Sadang Serang, Sabtu 28 November 2020.

“Pengaruh dari film tersebut, sedikit banyak memberikan gambaran nyata yang selama ini memang saya sendiri pikirkan tentang bagaimana mengelola sampah ini. Jadi referensi, kenapa pengelolaan sampah menjadi masalah utama dalam kehidupan manusia. Ya kalau kita tidak bergerak di satuan yang terkecil, dari keluarga, RT, RW, ya tidak akan terwujud untuk pengurangan sampah dan yang lainnya. Jadi, dari situ saya mencoba menggerakan RW 14 ini dengan program yang bersinergi dengan YPBB supaya berjalan dengan lancar.” Ujar pak Arif. 

Selain pak Arif, bu Lia dan bu Arnetta yang termasuk dalam warga di RW 14 juga merasakan adanya pengetahuan baru yang didapat dari video tersebut. Bu Lia menyampaikan kepada tim Humas Zero Waste Cities, “Dari film ini, ada ilmu baru untuk menggunakan wadah bekas sebagai wadah organik. Untuk wadah bisa diusahakan, cuma nanti, penampungnya apakah sudah disediakan untuk mengolah atau belum, itu yang menjadi perhatian. “  

Walaupun masih belum bisa dikatakan efektif, dengan adanya video ini, YPBB berharap bisa membantu meningkatkan praktik Zero Waste tidak hanya RW di Bandung, tetapi juga di kota lainnya dan kawasan lainnya di Indonesia. 

Artikel ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari artikel di web GAIA:  https://www.no-burn.org/zerowastecitiesupdate_ypbb2/