“Laut kita sekarang sudah seperti sup plastik” (Petikan dari potongan film Addicted to Plastic)
Pola hidup yang konsumtif akan plastik saat ini sudah sangat kronis. Begitu banyak dampak lingkungan yang muncul akibat plastik. Baik produksinya yang menghabiskan banyak minyak bumi , konsumsinya yang berbahaya bagi kesehatan, hingga sampahnya yang berdampak negatif pada lingkungan. Setidaknya kondisi itulah yang diperlihatkan dalam potongan-potongan film The Age of Stupid dan Addicted to Plastic yang diperlihatkan pada acara “Nonton Bareng dan Ngobrol tentang Plastik”, Jumat (3/12), yang bertempat di kantor WALHI JABAR, Jl.Piit No.5 Bandung. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama antara RELAWAN YPBB dan WALHI JABAR.
Sore itu kantor WALHI penuh sesak, sekitar 30 orang yang tertarik dengan kisah plastik hadir saat itu. Para partisipan WALHI dan YPBB, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, 2 orang warga asing asal Swedia & Kanada, guru PLH, bahkan dosen desain dari ITB hadir di sana. Hal ini menunjukan cukup tingginya antusiasme masyarakat akan masalah plastik.
Usai menonton film yang berdurasi kurang lebih 30 menit tersebut, obrolan hangat seputar plastik pun digelar. Mulai dari membahas kondisi pendaurulangan plastik di Indonesia, bahwa orang- orang di Indonesia masih sangat kurang kesadarannya untuk membuang sampah pada tempatnya, apalagi untuk memulai memisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Ditambah lagi kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) yang dipenuhi oleh tumpukan sampah, dan tidak memiliki sistem pengolahan yang baik.
Kemudian obrolan berlanjut pada pembahasan tentang bagaimana nasib plastik-plastik yang sudah didaurulang, dampak daur ulang plastik yang menghasilkan polutan dan membutuhkan biaya tinggi, jenis- jenis plastik berdasarkan tingkat bahaya, bahkan hingga insenerator. Orang- orang yang hadir saling berbagi pengetahuan dan juga pengalaman mengenai isu plastik ini.
Lulu, seorang Sahabat Walhi, melontarkan beberapa pertanyaan seputar plastik |
Namun sayang, waktu yang singkat membatasi obrolan sore itu. Dua jam yang disediakan ternyata tidak cukup untuk mengupas masalah plastik yang tidak ada habisnya. Acara sore itu terpaksa diakhiri meskipun tampaknya masih banyak orang yang penasaran akan masalah “perplastikan” ini. “Saat ini, bioplastik masih merupakan harapan akan pemecahan masalah plastik” ujar David, Direktur YPBB, menutup acara hari itu.
sosialisakan ke anak sekolah biar lebih efektif, biar tercipta generasi baru yag bukan plastikan
ReplyDelete